Showing posts with label Energy Community. Show all posts
Showing posts with label Energy Community. Show all posts

Tuesday, April 20, 2010

Ilmuwan Indonesia di Jerman Siap Mentransfer Teknologi Energi

Oleh : Suhendra

KabarIndonesia - Berlin, Memanfaatkan liburan weekend panjang di Jerman, beberapa ilmuwan dan mahasiswa Indonesia melakukan silaturahmi dan bincang-bincang guna menyatukan pandangan depan untuk mentransfer teknologi energi dan lingkungan yang bermanfaat untuk Indonesia. Silaturahmi dilaksanakan di Indonesisches Weisheits und Kulturzentrum (Pusat Kearifan Budaya dan Kultur Indonesia) dihadiri antara lain oleh Dr.-ing Yul Y. Nazaruddin (Atase Pendidikan Nasional KBRI Berlin), Dr.-ing. Suhendra (Peneliti material dan lingkungan di BAM Federal Institute for Material Research and Testing/ Lembaga riset federal Jerman di bidang material), Dr. rer.nat Makky Sandra Jaya (Peneliti reservoar panas bumi di GFZ German Research Centre for Geosciences/Pusat riset nasional Jerman di bidang ilmu kebumian) dan Teuku Reiza Yuanda (Kandidat doktor geologi dan tektonik di GFZ) dan beberapa mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Berlin.

Dukungan P
emerintah
Dr.-Ing. Yul Nazaruddin menjelaskan, bahwa pemerintah melalui KBRI Berlin mendukung sepenuhnya kegiatan mahasiswa dan peneliti Indonesia di Jerman yang akan berkontribusi bagi kemajuan teknologi di tanah air. Di Berlin saat ini tidak kurang 600 mahasiswa Indonesia dari jenjang S-1, S-2 dan S-3 hingga PostDoc belajar di kota ini. KBRI Berlin juga memfasilitasi berbagai pertemuan antara institusi dari Indonesia dengan instititusi dari Jerman dalam rangka kerja sama transfer pengetahuan dan alih sains dan teknologi dari Jerman ke Indonesia serta pengembangan kapasitas sumber daya manusia Indonesia. Dari sekian banyak pertemuan yang dipromotori oleh Atdiknas KBRI Berlin, riset tentang energi dan lingkungan menjadi bahasan penting antara pemerintah Indonesia dan Jerman. Oleh karena itu, Dr. Yul berharap bahwa peran peneliti Indonesia di Jerman dapat menjadi katalisator kerja sama sains dan teknologi Jerman - Indonesia, terutama sains dan teknologi energi dan lingkungan yang saat ini bukan hanya menjadi kepedulian bangsa Indonesia tetapi juga dunia.

Alih pengetahuan
Contoh proyek penelitian teknologi Jerman - Indonesia yang dalam waktu dekat adalah dilakukan oleh peneliti Indonesia di Jerman adalah penelitian energi panas bumi. Salah satu ilmuwan Indonesia yang menjadi motor proyek ini adalah Dr.rer.nat Makky Sandra Jaya. Dr. Makky menjelaskan, bahwa Indonesia memiliki sumber energi panas bumi terbesar di dunia. Bila pemerintah bisa menggali potensi besar energi panas ini maka akan berkontribusi menyalurkan kebutuhan energi bagi kemakuran rakyat Indonesia. Untuk merealisasikan kerjasama riset Jerman-Indonesia, dalam waktu dekat Dr. Makky akan berangkat ke Indonesia beserta tim yang terdiri 20 orang yang berasal dari Profesor di tiga universitas di Jerman, para pakar teknologi panas bumi di Jerman dan perusahaan eksplorasi panas bumi Jerman.

Organisasi Ilmuwan Indonesia di Luar Negeri
Dr.-ing Suhendra yang saat ini menjabat sebagai Ketua Klaster Energi dan Lingkungan di Ikatan Ilmuwan Indonesia International (I-4), mengatakan bahwa saat ini terdapat fenomena kenaikan antusiasme peneliti dan mahasiswa Indonesia untuk menekuni bidang riset atau studi di bidang energi, baik itu energi terbaharukan maupun energi fosil di luar negeri, terutama Eropa. Oleh karenanya, Suhendra menjelaskan bahwa ini adalah tantangan bersama bagaimana antusiasme dan potensi para ilmuwan Indonesia di luar negeri tersebut dapat dimanfaatkan untuk kemajuan sains dan teknologi di bidang energi di tanah air. Aktivitas kluster energi dan lingkungan I-4 saat ini sedang dimulai pada tahapan diskusi, berbagi pengalaman dan mengkaji perkembangan sains dan teknologi energi dan lingkungan, terutama bidang energi terbarukan serta penerapannya di Indonesia. Harapan ke depan, kluster energi dan lingkungan I-4 mempunyai kemampuan untuk melakukan berbagai kegiatan riil dan berdayaguna tinggi yang bisa bermanfaat untuk pengembangan riset, transfer sains dan teknologi dan pengembangan kapasitas sumber daya manusia Indonesia, serta dapat diaplikasikan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.

Konferensi Energi Terbaharukan di Berlin
Sementara dari kalangan pelajar hadir Teuku Reiza Yuanda yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Litbang I-4. Pria yang akrab disapa Ipon ini memaparkan mengenai perkembangan kegiatan yang diketuainya yaitu Renewable Energy Conference (Renews) pada bulan Oktober 2010 yang sedang masuk ke dalam tahapan permintaan dukungan resmi dari berbagai institusi pemerintahan di Indonesia dan Jerman. Renews 2010 adalah sebuah kegiatan multi-sesi selama dua hari dengan tema "Toward the Sustainability of Renewable Energy" yang mengambil momentum Wissentschaftsjahr(tahun ilmu pengetahuan Jerman) dengan harapan bahwa sisi positif semangat dan keuletan negara Jerman dalam membangun sains dan teknologi terdepan di dunia bisa diambil pelajarannya oleh para pejabat, pakar, ilmuwan dan mahasiswa Indonesia di dalam maupun di luar negeri yang menghadiri acara ini. Hal tersebut sesuai dengan tujuan Renews 2010, yaitu untuk menjembatani, mendistribusikan dan menyebarkan informasi-informasi mengenai energi terbaharukan antara Indonesia dan Jerman. Gambaran umum tentang Renews ini terdapat dihttp://www.renews2010.de.

Thursday, August 7, 2008

Greenpeace mendesak AMEM memulai Revolusi Energi dengan target 40% pada tahun 2020

[ Greenpeace ]


Bangkok, Thailand — Greenpeace mendesak menteri energi di Negara-Negara ASEAN menunjukkan kepemimpinan mereka dan tekad kuat untuk menciptakan masa depan dengan berlandaskan sumber-sumber energi terbarukan yang bersih. Bukan membuat jebakan untuk negaranya pada energi nuklir dan energi fosil yang kotor, berbahaya dan mahal. Desakan ini Greenpeace sampaikan pada pertemuan dengan media yang di adakan tepat saat pertemuan Menteri Energi Negara-negara Asean di Bangkok, Thailand.
Naiknya harga minyak dan batu bara menjadi agenda utama pada pertemuan tersebut dalam mensiasati ketahanan energi di ASEAN. Tetapi pada pertemuan tersebut para menteri energi ini bukan membahas solusi dengan menerapkan energi terbarukan tetapi merencanakan peningkatan energi batu bara dan energi nuklir.

Negara-negara ASEAN yang sedang berkembang harus belajar dari sejarah dan berusaha menurunkan emisi karbondioksida dengan memilih sumber-sumber energi yang terbarukan dan mendorong efisiensi energi pada saat negara-negara tersebut mengkonsumsi energi secara terus menerus dan bertambah seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Penurunan emisi gas rumah kaca akan semakin meningkat jika memilih teknologi energi yang salah. 

Negara-negara Asia Tenggara secara kolektif menduduki peringkat ketiga didunia sebagai penyumbang emisi CO2 di antara negara berkembang lainnya setelah Cina dan India. Masa depan perkembangan energi terbarukan di Asia Tenggara di tentukan pilihan-pilihan politik yang diambil oleh pemerintah masih-masih serta ASEAN. Sebagai tuan rumah negara-negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, ASEAN harus mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk iklim dan energi yang tepat, Keputusan yang diambil dalam beberapa tahun ke depan akan memiliki dampak yang berkepanjangan.
 
Tahun lalu ASEAN membuat keputusan bahwa permasalahan perubahaan iklim dan energi sebagai salah satu masalah utama dan keputusan ASEAN untuk meningkatkan energi bersih untuk kebutuhan energi listrik di kawasan ASEAN hingga 10% pada tahun 2010 adalah keputusan yang Greenpeace sambut baik. Tetapi keputusan tahun lalu hanya sekedar keputusan di atas kertas. ASEAN Gagal  mencapai target-target tersebut secara nyata.

Negara-negara ASEAN seperti Indonesia, Thailand dan Vietnam telah termakan bujuk rayu industri nuklir dan telah membuat boom waktu untuk seluruh penduduknya. Hal ini bukan cara yang tepat untuk mecapai ketahanan energi dan mengatasi permasalahaan perubahaan iklim. Besarnya biaya dalam pembangunan PLTN dan blom adanya jalan keluar untuk pembuangan limbah yang di hasilkan PLTN. Nuklir bukan lah suatu solusi untuk mengurangi perubahaan iklim


Desakan Greenpeace pada pemerintah negara-negara ASEAN untuk memimpin energi terbarukan serta memulai kebijakan untuk mengurangi emisi CO2. Berikut tahap-tahap yang harus dilakukan para pemimpin negara ASEAN :

  • Memenuhi target regional untuk menggunakan 10% sumber energi terbarukan pada tahun 2010
  • Menetapkan target 40% penggunaan energi terbarukan pada tahun 2020
  • Membuka mekanisme pendukung Seperti akses jaringan dan pilihan yang baik untuk energi bersih serta dukungan untuk usaha pembangkit listrik  yang mengembangkan energi terbarukan.
  • Melakukan standar energi efisiensi yang ketat bagi peralatan elektronik, lampu, gedung serta kendaraan
  • Meninggalkan cerita Batu bara bersih dan nuklir adalah sebuah solusi dari perubahaan iklim

— Arie Rostika Utami