Wednesday, February 6, 2008

PLN says power subsidy not enough for this year

[ jakartapost ]

Ika Krismantari, The Jakarta Post, Jakarta

On the back of higher global oil prices, state power firm PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) has asked the government to raise its power subsidy for this year.

PLN president commissioner Alhilal Hamdi said Tuesday the company would ideally need Rp 70 trillion (US$7.5 billion) in subsidies this year following the change in the state budget's oil price assumption to $80 per barrel from $60 per barrel.

He said the government's plan to raise the electricity subsidy to Rp 42.6 trillion from Rp 29.8 trillion allocated previously would not only be insufficient but would also stretch the company's financial resources.

"We estimate that we will need about Rp 70 trillion this year," Alhilal said after a meeting with the House of Representatives' Commission VII for energy and mineral resources.

Should the government and the House turned down the request, Alhilal said, the company would seek loans from local lenders to help the company plug the gap in the subsidy.

"We hope we can get the subsidy revision in the middle of this year. For the time being we will use the existing subsidy allocation already approved by the House," he said.

Based on an average oil price assumption of $60 per barrel, the House has agreed to provide PLN with Rp 29.8 trillion in subsidies for the 2008 state budget.

The subsidy is needed in order for the country's households to enjoy affordable electricity rates, which are set below the normal market price.

Following the surge in global oil prices, the Finance Ministry has proposed to the House it raise the power subsidy to Rp 42.8 trillion to prevent electricity rates from soaring.

Commission member Tjatur Sapto Edi said the commission had not yet discussed PLN's subsidy proposal.

"We hope PLN can find alternative fuels to generate its power plant so as to reduce operation costs," he said.

Currently, 30 percent of PLN's power plants run on diesel fuel.

Due to soaring global oil prices last year, the subsidy for electricity was raised by 33 percent to Rp 43.4 trillion from the original allocation of Rp 32.44 trillion.

Sunday, February 3, 2008

Listrik Daur Ulang Sampah Segera Terhubung Sistem Bali

[ Antara ]

Denpasar (ANTARA News) - Energi listrik yang dihasilkan dari daur ulang sampah di proyek instalasi pengelolaan sampah terpadu (IPST) di kawasan Suwung, Denpasar, akan segera terhubung dengan jaringan sistem kelistrikan di Bali.

"Dalam perencanaan daur ulang sampah itu diharapkan mampu memasok 9,6 MW pada tahun 2009-2010, sehingga dapat menambah pasokan energi listrik di Bali," kata Kepala Badan Pengelola Kebersihan di wilayah Kota Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Serbagita) I Made Sudarma di Denpasar, Sabtu.

Ia mengatakan, pengolahan sampah oleh PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI) menjadi energi listrik itu, dalam tahap pertama diharapkan menghasilkan dua megawatt pada bulan Agustus 2008, dan kapasitasnya secara bertahap dapat ditingkatkan hingga mencapai 9,6 MW.

Pembangunan proyek instalasi pengelolaan sampah terpadu membutuhkan investasi sedikitnya 20 juta dolar AS, dirancang mampu mengelola 800 ton sampah per hari yang berasal dari sisa-sisa yang tidak berguna di empat kota/daerah yang tergabung dalam "Serbagita".

"Pihak investor baru-baru ini mendatangkan sebuah alat canggih dari Inggris untuk mendeteksi gas yang terkandung dalam sampah sebelum diolah menjadi energi listrik," ujar Sudarma.

Ia menjelaskan, alat tersebut kini masih dalam uji coba sekaligus telah mampu menghasilkan listrik hasil pengolahan sampah.

"Proyek tersebut masih dalam proses penyempurnaan dan tahap pertama diharapkan sudah beroperasi bulan Agustus 2008 dengan kapasitas dua MW," ujar Sudarma.

Pengelolaan sampah dengan menerapkan teknologi "landfill" mampu menghasilkan energi listrik, disamping menangani masalah sampah secara tuntas.

Pembangunan proyek yang digarap sejak akhir 2005 itu berada di atas lahan seluas enam hektar yang disediakan pemerintah di pinggiran kota Denpasar.

Kehadiran proyek tersebut selain mampu menghasilkan energi listrik, sekaligus mengelola sampah dengan baik, dalam upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta memperbaiki kondisi sekitar tempat penampungan akhir (TPA) sampah di Suwung yang selama lokasinya tercemar akibat sampah yang tidak tertangani.

I Made Sudarma menjelaskan, sampah di TPA Suwung setiap harinya bertambah rata-rata 3.000 meter kubik yang dikelola sedemikian rupa termasuk melakukan proses pemilihan sebelum diolah.

Sedangkan sampah lama dengan tumpukan yang memenuhi areal seluas 14 hektar itu, di dalamnya dipasangi pipa untuk menangkap gas methan. Sampah pada bagian permukaan ditutupi tanah, sehingga sampahnya tidak terlihat.

Dalam kurun waktu beberapa tahun, biogas diambil, sehingga sampah menjadi terdegradasi dan volume tumpukan menjadi menipis. Cairan yang keluar dari sampah selama proses degradasi akan ditampung dan dikelola dalam instalasi "water treatment". Sementara untuk sampah baru masuk ke IPST, yang sebelumnya telah dipilah terlebih dulu.

Sampah baru yang masih basah setelah dicacah dimasukkan ke dalam digester untuk menghasilkan biogas dan kompos. Sementara sampah baru kering (plastik) diolah dengan "pirolisis" dan "gassification", yakni pemanasan tinggi tanpa oksigen.

Proses tersebut menghasilkan "syntetic" gas dan selanjutnya biogas yang diperoleh dari sampah baru dan sampah lama melalui gas engine akan dikonversikan menjadi energi listrik.

Masyarakat memperoleh manfaat yang cukup besar dari pengembangan IPST, seperti memulihkan kondisi TPA Suwung yang kini penuh dengan tumpukan sampah, sekaligus menangani kebersihan yang sangat positif bagi citra pariwisata Bali.

"Pembangunan IPST merupakan salah satu wujud upaya bersama membangun `win-win solution` yang adil kepada setiap pihak, yakni pemerintah, mitra swasta dan masyarakat termasuk lingkungan," ujar Made Sudarma.(*)

OPEC Pertahankan Produksi

[ ESDM ]
Pertemuan luar biasa OPEC ke 147 di Wina telah terselenggara pada tanggal 1 Februari 2008, pada pertemuan tersebut telah diputuskan untuk mempertahankan tingkat produksinya sebesar 29,67 juta barel per hari, karena dinilai cukup memadai untuk memenuhi permintaan pada kwartal pertama tahun 2008.
''Sehubungan dengan perkembangan perekonomian dunia yang mengalami penurunan, tingkat produksi saat ini cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan pada kuartal pertama tahun 2008'', papar siaran pers yang dirilis OPEC dalam website edisi 1 pada bulan Februari 2008. Pada pertemuan tersebut telah disepakati untuk menugaskan Setjen OPEC untuk terus memantau dengan sangat hati-hati dampak penurunan ekonomi terhadap faktor fundamental.

Secara umum pertemuan luar biasa OPEC itu juga telah memberikan penilaian bahwa selama tahun 2007 pasokan minyak mentah cukup baik. Meski terjadi gejolak pasar dalam beberapa saat, secara umum pasar minyak mentah dunia sepanjang tahun 2007 tergolong cukup stabil.

Memasuki tahun 2008, OPEC menghadapi tantangan berat untuk terus menstabilkan pasar. Penurunan ekonomi dunia diprediksikan akan semakin menekan permintaan. Oleh sebab itu dalam lima bulan ke depan, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, permintaan rata-rata minyak dunia cenderung melemah.

Pertemuan luar biasa OPEC ke 147 berlangsung di markas OPEC di Wina, Austria yang dihadiri oleh seluruh delegasi anggota OPEC dipimpin oleh Presiden OPEC Dr. Chakib Khelil yang juga Menteri Energi dan Pertambangan Aljazair sekaligus ketua delegasi negaranya.

Pada pertemuan itu, juga dihadiri delegasi tamu dari Equador, yang dipimpin oleh Menteri Pertambangan dan Perminyakan Chiriboga Zambrano. Selain menghadiri pertemuan tersebut, delegasi Equador juga dijamu dengan sebuah diskusi bisnis minyak dunia.

Sehubungan dengan meninggalnya mantan Presiden Indonesia Soeharto, seluruh delegasi pada pertemuan tersebut, menyampaikan ucapan belasungkawa kepada pemerintah serta seluruh masyarakat Indonesia.

Pada pertemuan tersebut juga disampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah Austria atas terselenggaranya acara tersebut dengan lancar.