Tuesday, April 20, 2010

ICI pertanyakan komitmen Bank Dunia

Oleh: Nurbaiti

JAKARTA (Bisnis.com): Masyarakat Perbatubaraan Indonesia (Indonesia Coal Society/ICI) mempertanyakan implementasi komitmen Bank Dunia yang menyiapkan dana sekitar US$200 juta-US$300 juta untuk membantu Indonesia meningkatkan efisiensi energi dan menekan penggunaan emisi gas rumah kaca.

Dalam laporan yang disampaikan oleh Senior Energy Specialist Bank Dunia Xiaodong Wang, Bank Dunia menyarankan agar Indonesia mengubah tren konsumsi energi dari batu bara ke energi terbarukan, seperti penggunaan geothermal dan gas alam.

Menurut Direktur ICI Singgih Widagdo, dukungan Bank Dunia terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca di Indonesia sampai 26% seharusnya juga bisa direalisasikan tanpa harus mengurangi penggunaan batu bara sebagai sumber energi.

Pasalnya, katanya, rerata produksi batu bara Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kebutuhan.

“Terus terang kami respect dengan segala upaya apapun untuk mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca. Pertanyaannya sekarang, apakah komitmen Bank Dunia itu real dan implementasinya seperti apa? Saya melihat yang benar-benar
renewable energy di Indonesia itu kan geothermal dan batu bara tidak. Tetapi persoalannya, geothermal kan berhadapan dengan regulasi,” katanya hari ini.

Di sisi lain, dia melanjutkan penggunaan batu bara sebagai energi ramah lingkungan hanya terkendala dengan keterbatasan teknologi karena, mengingat tingkat produksinya cukup tinggi.

Menurut dia, Bank Dunia seharusnya juga bisa meningkatkan pemanfaatan batu bara tanpa harus merusak lingkungan dengan meminimalkan biaya dengan bantuan transfer teknologi.

“Itu [implementasi teknologi] yang belum terjawab. Kalau hanya sekedar pemanfaatan geothermal, masih bermasalah dengan regulasi. Batu bara itu, produksinya terlanjur tinggi sekali dibandingkan dengan
demand. Sekarang, seberapa jauh Bank Dunia bisa berbuat sehingga batu bara lebih dipandang sebagai energi ramah lingkungan, bukan sebagai komoditas,” tutur Singgih.

Sementara itu, Senior Energy Specialist Bank Dunia Xiaodong Wang dalam laporannya mengatakan komitmen Bank Dunia itu sejalan dengan potensi sumber panas bumi terbesar duni yang dimiliki Indonesia.

Selain itu, katanya, pemerintah juga memiliki cetak biru untuk mengembangkan tenaga panas bumi dengan kapasitas setidaknya 6.000 MW hingga 2020.

“Indonesia mempunyai kemampuan hingga 27 giga watt energi dari panas bumi,” ujarnya.

Hanya saja, lanjut dia, walaupun pemerintah telah mengeluarkan berbagai regulasi soal panas bumi, tetapi masih diperlukan persyaratan wajib bagi perusahaan listrik untuk membeli tenaga panas bumi pada tarif
feed-in tetap. (wiw)

No comments: